BERITA TERKINI

Riuh Pasar Pagi Panton Labu: Nadi Ekonomi Rakyat di Perbatasan Aceh Utara-Aceh Timur


ACEH UTARA  | PASESATU.COM
Kesibukan di pasar pagi Panton Labu, Aceh Utara, begitu terasa sejak dini hari. Hiruk pikuk para pedagang yang memanggil pembeli berpadu dengan aktivitas tawar-menawar yang menggeliatkan denyut ekonomi masyarakat di perbatasan Aceh Utara dan Aceh Timur.

Terletak strategis di perlintasan dua kabupaten, pasar ini menjadi tempat bertemunya tradisi dan ekonomi rakyat. Sejak pukul 04.00 WIB, ratusan pedagang mulai menggelar dagangan mereka, sebagian besar tanpa bangunan permanen. Ada yang menggunakan tenda sederhana beratap terpal, sebagian lainnya hanya bermodalkan lapak terbuka di atas tanah.

Komoditas yang dijual pun beragam, mulai dari sayuran segar, bumbu dapur, hingga kebutuhan pokok lainnya. Sebagian besar merupakan hasil tani lokal dari wilayah sekitar Aceh Utara, seperti kacang panjang, bayam, daun ubi, cabai, hingga bawang. Hanya sebagian kecil yang didatangkan dari luar daerah, seperti kol, wortel, dan kentang yang berasal dari dataran tinggi Berastagi, Sumatera Utara.

"Setiap hari saya membeli sayuran di sini. Harganya terjangkau dan pilihan barangnya lengkap," ujar Abdullah (43), warga Kecamatan Baktya, kepada media ini pada Sabtu (26/7/2025).

Pasar pagi ini beroperasi sangat singkat, yakni dari pukul 04.00 WIB hingga sekitar pukul 07.00 WIB. Namun dalam rentang waktu tersebut, aktivitas perdagangan berlangsung sangat intens. Para pedagang, sebagian besar perempuan paruh baya, tetap setia berdagang meskipun fasilitas pasar tergolong minim. Mereka bertahan demi menghidupi keluarga.

"Pendapatan tidak menentu, tapi inilah satu-satunya usaha kami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari," ungkap Siti, pedagang sayur yang sudah berjualan di pasar tersebut lebih dari 10 tahun.

Meski sederhana, pasar pagi Panton Labu menyimpan nilai penting dalam struktur ekonomi lokal. Bagi masyarakat sekitar, pasar ini bukan sekadar tempat belanja, melainkan bagian dari ritme kehidupan harian yang sudah mendarah daging.

Pantauan media ini, animo pembeli tetap tinggi dari hari ke hari. Selain faktor harga yang relatif lebih murah dibanding pasar modern, daya tarik pasar pagi ini juga terletak pada suasana kekeluargaan dan kedekatan sosial antara pedagang dan pembeli.

“Kalau di sini, kita bisa pilih sayur langsung, kadang malah dikasih bonus sama ibu-ibu pedagang,” kata Nurhayati (36), ibu rumah tangga asal Tanah Jambo Aye.

Pasar tradisional seperti ini menjadi salah satu contoh nyata bagaimana ekonomi rakyat tumbuh dari bawah, meski seringkali luput dari perhatian. Harapan masyarakat pun sederhana: adanya perhatian lebih dari pemerintah untuk perbaikan fasilitas dan penataan pasar agar aktivitas perdagangan bisa berlangsung lebih layak dan nyaman.(*) 


Editor: Syahrul Usman