BERITA TERKINI

Harga Daun Sop dan Bawang Prei Melonjak di Pasar Panton Labu, Pedagang dan Pembeli Mengeluh


ACEH UTARA | PASESATU.COM
Dalam dua hari terakhir, sejumlah komoditas bumbu dapur di Pasar Kota Panton Labu, Kabupaten Aceh Utara, mengalami lonjakan harga yang cukup signifikan. Kenaikan harga ini dikeluhkan baik oleh pedagang maupun konsumen, terutama pelaku usaha kuliner yang menggantungkan bahan baku dari pasar tradisional tersebut.

Azis, salah seorang pedagang bumbu dapur di pasar tersebut, mengungkapkan bahwa harga daun sop dan bawang prei mengalami lonjakan yang tidak biasa. Harga kedua komoditas tersebut kini tembus hingga Rp40.000 per kilogram, padahal sebelumnya masih di kisaran Rp20.000 hingga Rp25.000 per kilogram.

“Daun sop dan bawang prei biasanya kami jual Rp20 ribu sampai Rp25 ribu per kilogram. Tapi sekarang harganya melonjak jadi Rp40 ribu. Kenaikannya mendadak, dan kami juga belum tahu penyebab pastinya,” ujar Azis kepada media ini, Sabtu (2/8/2025).

Menurut Azis, lonjakan harga ini diduga kuat dipicu oleh keterbatasan pasokan dari luar daerah. Ia menjelaskan bahwa sebagian besar komoditas bumbu dapur yang dijual di pasar Panton Labu masih bergantung pada pasokan dari luar Aceh, khususnya dari Medan dan daerah lainnya di Sumatera Utara.

“Kebanyakan barang, seperti bawang merah, wortel, dan tomat, kami datangkan dari luar daerah. Kalau distribusinya terganggu sedikit saja, harga langsung naik. Apalagi kondisi cuaca juga memengaruhi,” jelasnya.

Kondisi ini berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Azis mengaku penjualan belakangan ini menurun karena banyak pembeli yang mengurangi jumlah belanja mereka akibat kenaikan harga.

Tak hanya pedagang, pelaku usaha makanan juga merasakan dampaknya. Rawiyah (45), seorang penjual mie calok di seputaran Kota Panton Labu, mengaku terbebani dengan kenaikan harga bumbu dapur. Menurutnya, harga bahan baku yang tinggi membuat margin keuntungan semakin kecil.

“Kita jualan mie calok itu pakai banyak bumbu. Kalau bumbunya mahal, kita terpaksa ngurangin jumlah bumbu atau untungnya makin tipis. Naikkan harga jual pun susah, karena pelanggan kita kebanyakan masyarakat biasa. Kalau harga naik, bisa-bisa mereka gak beli lagi,” keluh Rawiyah.

Ia berharap harga bahan pokok, termasuk bumbu dapur, segera kembali normal agar aktivitas usaha mikro seperti miliknya bisa terus berjalan dan tidak merugi.

“Kami cuma bisa berharap ekonomi bisa kembali stabil, begitu juga dengan harga-harga di pasar. Kalau terus-terusan mahal, kami yang kecil-kecil ini bisa mati pelan-pelan,” ujarnya lirih.(*) 


Editor: Syahrul Usman