Semangat Merah Putih di Ujung Jalan: Kisah Penjual Bendera Musiman dari Aceh Utara
![]() |
Wawan, pria paruh baya asal Lhoksukon, terlihat tengah mengatur dagangan bendera dan umbul-umbul di lapaknya yang berada di pinggir Jalinsum Panton Labu, Aceh Utara, Selasa (29/7/2025). |
ACEH UTARA| PASESATU.COM — Terik matahari menari di aspal panas Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Banda Aceh–Medan, tepat di kawasan Kota Panton Labu, Kabupaten Aceh Utara. Di bawah naungan pohon rindang yang tumbuh di pinggir jalan, sehelai demi sehelai bendera Merah Putih dan umbul-umbul bernuansa kemerdekaan bergelantungan rapi, menyita pandangan setiap pengendara yang melintas.
Lapak itu milik Wawan, seorang pria paruh baya asal Lhoksukon, yang saban tahun setia berjualan atribut kemerdekaan menjelang 17 Agustus. Dengan perlengkapan seadanya, ia menggelar bendera merah putih berbagai ukuran, umbul-umbul warna-warni, hingga dekorasi bernuansa nasional yang menggugah semangat patriotisme.
“Sudah dua hari saya buka lapak di sini, tapi hari ini belum ada satu pun yang laku,” kata Wawan saat ditemui tim PASESATU.COM, Selasa (29/7/2025). Ia berbicara sambil duduk bersandar di motornya, sesekali memeriksa kondisi kain dagangannya yang tertiup angin.
Dari balik lapak sederhana yang hanya dilindungi teduhan pohon, Wawan berharap pada peningkatan penjualan seiring mendekatnya hari kemerdekaan.
“Biasanya ramai setelah tanggal 10, atau seminggu sebelum 17-an. Tahun ini saya pilih Panton Labu karena lalu lintasnya padat, dan banyak warga yang mampir,” ujarnya.
Harga bendera yang ia jual berkisar antara Rp15.000 hingga Rp25.000, tergantung ukuran. Sementara umbul-umbul dijajakan dengan harga mulai Rp30.000. Semua disusun rapi, digantung pada tali dan tiang besi seadanya, membentuk bentangan warna yang mencolok di tengah lanskap jalanan.
Gambaran nyata seperti inilah yang menggambarkan wajah kemerdekaan dari bawah, bukan dari parade mewah atau pesta seremoni, melainkan dari tangan-tangan rakyat kecil yang setia menyalakan api nasionalisme lewat kerja dan kesabaran.
Wawan sendiri telah berjualan atribut kemerdekaan sudah bertahun-tahun. Ia berpindah-pindah lokasi, mengikuti arus warga yang ramai di pusat-pusat keramaian. “Dimana ada orang banyak, di situlah saya bawa bendera. Ini juga cara saya ikut merayakan Indonesia,” katanya dengan bangga.
Di belakangnya, deretan bendera merah putih dan umbul-umbul merah putih bercorak lambang negara berjajar dengan latar warung kopi, toko bangunan, dan kios kecil. Sebuah pemandangan khas bulan Agustus yang selalu mengingatkan akan nilai-nilai perjuangan dan identitas bangsa.
Wawan mungkin hanya satu dari sekian banyak penjual bendera musiman di Aceh Utara, namun kehadirannya menegaskan bahwa nasionalisme hidup tidak hanya di podium-podium pidato, tapi juga di tepi jalan raya, di antara bendera yang menunggu untuk dikibarkan.
“Yang penting jangan lupa kibarkan bendera. Biar anak-anak juga tahu, Indonesia pernah diperjuangkan,” ucapnya sebelum kembali mengikat salah satu ujung umbul-umbul yang terlepas tertiup angin.(*)