Wisata Religi di Aceh Utara, Menelusuri Jejak Islam Pertama di Nusantara
ACEH UTARA | PASESATU.COM - Aceh dikenal sebagai Serambi Mekkah, wilayah tempat Islam pertama kali berkembang di Nusantara. Salah satu situs bersejarah yang merepresentasikan akar Islam di Indonesia adalah Kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Islam pertama yang berdiri sejak abad ke-13. Jejak kejayaan tersebut kini diabadikan melalui Museum dan Monumen Samudera Pasai, yang memuat nilai historis tinggi sekaligus potensi sebagai destinasi wisata religius dan edukatif.
Museum dan Monumen Samudera Pasai terletak di Gampong Beuringen, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Monumen ini dibangun dengan gaya arsitektur Islam, dilengkapi kubah besar, menara, dan ukiran. Di sekitarnya, suasana yang tenang dan religius menjadi daya tarik bagi pengunjung yang mencari pengalaman spiritual maupun edukatif.
Museum ini menyimpan berbagai artefak penting, seperti batu nisan Sultan Malik al-Saleh, koin dinar emas, manuskrip kuno, dan peta pelayaran abad pertengahan. Lokasinya yang berdekatan dengan kompleks makam raja-raja Samudera Pasai juga menjadikannya salah satu titik ziarah sejarah Islam di Indonesia.
Seorang pengunjung dikutip dalam laporan Modusaceh.co (2023) mengatakan, “Tempat ini harusnya jadi pusat wisata Islam di Aceh, bukan hanya bangunan kosong.” Pernyataan tersebut mencerminkan adanya ekspektasi masyarakat terhadap pengembangan kawasan ini sebagai pusat wisata religius.
![]() |
Replika singgasana raja yang berada di kompleks Museum Samudera Pasai, Aceh Utara. Singgasana ini menjadi simbol kejayaan dan otoritas Kerajaan Samudera Pasai di masa lampau |
Kerajaan Samudera Pasai, yang berdiri pada abad ke-13 oleh Sultan Malik al-Saleh, disebut oleh sejarawan sebagai bagian dari jaringan peradaban Islam global. Catatan Ibnu Battutah menggambarkan Pasai sebagai negeri Muslim yang makmur. Azyumardi Azra dalam Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara (2004) menyebut Pasai sebagai simpul penting hubungan intelektual antara Timur Tengah, India, dan Asia Tenggara.
Dengan latar sejarah tersebut, kawasan ini memiliki nilai penting tidak hanya bagi Aceh, tetapi juga bagi narasi perkembangan Islam di Asia Tenggara.
Meski memiliki nilai sejarah tinggi, kondisi fisik museum dan monumen ini dilaporkan kurang terawat. Dikutip dari laporan Modusaceh.co (13 September 2021), tidak terlihat adanya petugas atau informasi edukatif yang memadai di kawasan tersebut.
Selain itu, pembangunan Monumen Samudera Pasai yang menggunakan dana Rp44,7 miliar dilaporkan terjerat kasus hukum. Dikutip dari Kompas.id (2 November 2022) memberitakan bahwa lima orang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek pembangunan. Putusan Mahkamah Agung pada Desember 2024 (dikutip dari Detik.com) menjatuhkan hukuman penjara dan denda kepada para terdakwa. Kasus ini mendapat perhatian luas karena terjadi di kawasan yang sarat dengan nilai religius dan sejarah.
Meskipun menghadapi sejumlah persoalan, potensi Museum dan Monumen Samudera Pasai sebagai pusat wisata sejarah, edukasi, dan religi tetap besar. Lingkungan yang tenang dan unsur arsitektur Islam yang mencolok menjadikan tempat ini relevan untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata berbasis nilai sejarah.
Sebagaimana dikemukakan oleh Prof. T. Ibrahim Alfian dalam Islam dan Kebudayaan Aceh (1987), “Warisan sejarah adalah cermin kebudayaan; jika kita abai, maka generasi mendatang akan kehilangan identitasnya.” Pernyataan ini menekankan pentingnya pelestarian dan tata kelola yang baik terhadap situs bersejarah seperti Samudera Pasai.
Museum dan Monumen Samudera Pasai menyimpan nilai penting sebagai pusat edukasi sejarah Islam dan potensi wisata religius. Agar kawasan ini tidak hanya menjadi saksi bisu masa lalu, diperlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk memperbaiki pengelolaan serta memastikan keberlanjutannya sebagai warisan budaya dan sejarah.
Referensi
- Azyumardi Azra. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara, Prenada Media, 2004.
- T. Ibrahim Alfian. Islam dan Kebudayaan Aceh, Pustaka Sinar Harapan, 1987.
- Kompas.id, “Lima Tersangka Korupsi Monumen Samudera Pasai Ditahan”, 2 November 2022.
- Detik.com, “MA Anulir Vonis Bebas 5 Terdakwa Korupsi Rp 44,7 M Monumen Samudera Pasai”, 23 Desember 2024.
- Modusaceh.co, “Haruskah Terbengkalai dan Rusak Termakan Usia?”, 13 September 2021.
- Modusaceh.co, “Monumen Samudera Pasai Nasibnya Kini, Tanggungjawab Siapa?”, 17 Juni 2023.