BERITA TERKINI

Blang Kolam, Permata Alam yang Menanti untuk Bersinar Kembali

Air Terjun Blang Kolam
Air terjun kembar yang memukau di tengah hutan tropis, dikelilingi oleh tebing hijau dan kolam alami yang tenang. Destinasi alam yang menyejukkan jiwa dan mata

ACEH UTARA | PASESATU.COM - Terletak di tengah hutan lebat Desa Sidomulyo, Kecamatan Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara, Air Terjun Blang Kolam memancarkan pesona yang sulit diabaikan. Airnya mengalir deras dari tebing setinggi sekitar 75 meter, membentuk dua aliran yang jatuh berdampingan, menghadirkan panorama yang memukau dan suasana yang menenangkan.

Nama “Blang Kolam” berasal dari bahasa Aceh, di mana “blang” berarti ladang atau hamparan, sedangkan “kolam” merujuk pada cekungan air. Nama ini sangat mencerminkan kondisi geografis air terjun, dikelilingi pepohonan dan tebing tinggi, dengan kolam alami di bawahnya yang jernih dan menyegarkan.

Namun, di balik keindahannya, Blang Kolam menyimpan sejarah dan tantangan. Pada masa konflik bersenjata di Aceh, kawasan ini sempat masuk wilayah yang tidak aman. Aktivitas wisata berhenti total karena menjadi zona militer dan sulit diakses. Seiring berakhirnya konflik dan ditandatanganinya MoU Helsinki pada 2005, kawasan ini mulai dibuka kembali dan perlahan bangkit sebagai destinasi wisata lokal.

Fasilitas tangga beton yang menjadi akses utama ke dasar air terjun dibangun sejak awal tahun 1970-an. Terdiri dari sekitar 660 anak tangga, jalur ini dulu dibangun pemerintah daerah sebagai sarana pendukung untuk mempermudah akses pengunjung. Tangga ini sekaligus menjadi ikon sejarah perkembangan awal pariwisata Blang Kolam.

Kondisi tangga menuju air terjun Blang kolam yang mulai ditelan alam, berlumut dan tertutup akar pohon, menjadi saksi bisu perjalanan menuju keindahan tersembunyi di balik hutan

Namun sayang, hingga kini tangga tersebut belum mendapat perawatan yang layak. Banyak anak tangga yang telah aus dan licin karena ditumbuhi lumut. Pegangan besi bahkan sudah terlepas, sehingga berisiko bagi pengunjung. Fasilitas lain seperti toilet umum, musala, dan gazebo juga tampak tidak terurus, menjadi keluhan umum pengunjung.

Situs Kumparan.com menyoroti hal ini dengan menyebut bahwa pengelolaan Blang Kolam masih minim perhatian pemerintah. “Fasilitas umum seperti tangga, toilet, dan area istirahat seharusnya menjadi perhatian utama jika ingin menjadikan Blang Kolam sebagai destinasi unggulan,” tulis Kumparan (10 Desember 2022).

Suasana ceria para pengunjung yang menikmati keindahan dan kesejukan air terjun Blang Kolam. Anak-anak bermain air dengan riang, sementara yang lain bersantai menikmati pemandangan alam yang asri

Potensi Blang Kolam sebenarnya sangat besar. Dengan harga tiket masuk hanya Rp5.000 per orang, lokasi ini tergolong murah meriah namun menawarkan pengalaman wisata alam yang berkelas. Kolam alami di bawah air terjun menjadi tempat favorit bermain air, berenang, atau sekadar bersantai menikmati suasana.

Menurut Good News From Indonesia (GNFI), Blang Kolam adalah “surga tersembunyi yang belum banyak dijamah wisatawan luar, namun menyimpan potensi besar jika dikelola dengan baik.” (GNFI, 24 Februari 2025)

Pengunjung menikmati keindahan Air Terjun Blang Kolam sambil bermain air di sekitar kolam alami. Suasana ceria dan penuh kebersamaan terlihat di tengah panorama alam yang asri dan menyegarkan

Tak hanya indah, Blang Kolam juga menyimpan nilai edukatif dan spiritual. Banyak komunitas lingkungan mengadakan kegiatan bersih-bersih, edukasi konservasi, serta mengajak pengunjung untuk lebih peduli terhadap alam. Masyarakat sekitar juga menunjukkan peran aktif dalam menjaga kebersihan dan kenyamanan lokasi, meski terbatas dari sisi sarana.

Kondisi ini menjadi pengingat bahwa pengembangan pariwisata bukan hanya soal promosi, tapi juga tanggung jawab dalam pemeliharaan. Tanpa perhatian dari pemerintah daerah dan pihak terkait, kekayaan alam seperti Blang Kolam dikhawatirkan akan kehilangan daya tariknya dan tertinggal dibanding destinasi lain yang lebih dikelola secara profesional.

Blang Kolam bukan hanya lokasi rekreasi, tapi cermin sejarah, ruang konservasi, dan simbol harmoni antara manusia dan alam. Kini, ia menunggu tangan-tangan bijak yang mau merawat dan membangkitkannya kembali. (*) 

ADVERTISEMENT
no