Wartawan Muda Motivasi Siswa SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe Mengenal Dasar-dasar Jurnalistik
Pelatihan ini mengangkat tema guest teacher (guru tamu) dengan materi utama “Pengenalan 5W+1H”, yakni unsur-unsur penting dalam penulisan berita: what (apa), who (siapa), why (mengapa), when (kapan), where (di mana), dan how (bagaimana). Narasumber kegiatan ini adalah Muhammad Fazil, seorang jurnalis muda dari Lhokseumawe yang saat ini bekerja di portalsatu.com. Pelatihan ini merupakan inisiatif dari Sri Yenda, guru Bahasa Indonesia di SMP Sukma Bangsa.
Dalam paparannya, Fazil menjelaskan pentingnya penguasaan teknik dasar penulisan berita agar informasi yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami pembaca. Ia menekankan bahwa struktur berita yang rapi dan jelas sangat bergantung pada penerapan prinsip 5W+1H.
"Penulisan berita harus berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan, bukan sekadar karangan. Unsur 5W+1H adalah kunci agar isi berita tersampaikan dengan jelas kepada publik. Gunakan bahasa yang ringkas, padat, mudah dimengerti, dan tidak berbelit-belit," ujar Fazil di hadapan para siswa.
Ia juga mengingatkan pentingnya menangkal penyebaran hoaks di media sosial. Menurut Fazil, ciri khas berita bohong biasanya mengandung provokasi kebencian atau permusuhan, serta tidak mencantumkan sumber informasi yang dapat dipercaya.
Sementara itu, Kepala SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe, Siti Sarayulis, melalui Sri Yenda, menyampaikan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi siswa, khususnya dalam memahami dunia jurnalistik sejak dini. Kegiatan ini merupakan bagian dari kurikulum Cambridge yang diadaptasi dari Cambridge Assessment International Education.
"Tujuan utama dari pelatihan ini adalah mengasah kemampuan menulis dan berpikir kritis siswa, baik di tingkat dasar maupun menengah. Kami rutin menghadirkan narasumber profesional untuk membekali mereka dengan pengalaman langsung dari dunia nyata. Tahun ini kami fokuskan dulu pada satu kelas," terang Sri Yenda.
Ia menambahkan bahwa program kerja guru di SMP Sukma Bangsa telah dirancang sejak awal tahun ajaran dengan memperhatikan kebutuhan siswa. Pengalaman belajar langsung dari praktisi diharapkan dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan di kelas.
"Harapannya, siswa dapat memahami prinsip-prinsip jurnalistik secara menyeluruh serta mampu membedakan antara berita yang faktual dengan hoaks," tambah Sri.
Kegiatan berlangsung interaktif, dengan banyak siswa antusias mengajukan pertanyaan seputar teknik menulis berita dan cara mengenali informasi yang menyesatkan di media sosial.(*)