Semarak Kemerdekaan dan Bergairahnya Ekonomi Rakyat Dimalam Puncak HUT RI ke-80 di Cot Girek
Font Terkecil
Font Terbesar
ACEH UTARA | PASESATU.COM – Malam puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia di Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara, Minggu malam (17/8/2025), menghadirkan kemeriahan yang luar biasa. Ribuan masyarakat dari berbagai gampong tumpah ruah memadati lapangan kantor muspika . Aroma beragam jajanan kaki lima membuat malam itu terasa hangat dan penuh keakraban.
Namun, di balik gegap gempita perayaan, terdapat kisah lain yang jarang disorot, yaitu ekonomi rakyat kecil yang ikut merasakan manfaat nyata dari momentum kemerdekaan.
Sejak sore hari, deretan pedagang kecil telah menata lapak mereka di sekitar arena. Aroma bakso bakar, tahu goreng, jagung rebus, dan berbagai jajanan lainnya dari warung dadakan bercampur, menciptakan aroma khas malam kemerdekaan.
“Alhamdulillah, malam ini dagangan habis sebelum acara selesai. Biasanya jagung rebus hanya habis sebagian, tapi malam ini ludes,” ujar Razi (28), pedagang jagung rebus yang tampak kewalahan melayani pembeli.
Senada, Nurhayati (35), penjual bakso bakar, mengaku omzetnya naik tiga kali lipat dibanding hari biasa. “Biasanya saya jual 100 tusuk, malam ini bisa sampai 300 tusuk. Rasanya luar biasa!” kata Nurhayati sambil tersenyum lebar.
Pedagang lain, Abdullah (40), penjual minuman dingin, menambahkan, “Momentum seperti ini sangat jarang. Keberadaan ribuan warga Cot Girek malam ini benar-benar menghidupkan ekonomi kecil.”
Keramaian malam itu bukan hanya tentang jual beli. Anak-anak berlarian dengan wajah dicat merah-putih, remaja berswafoto.
“Beginilah cara kita merayakan kemerdekaan. Bukan hanya upacara, tapi juga kebersamaan,” ujar Hasan (52), seorang warga yang hadir bersama keluarganya.
Puncak acara ditandai dengan penampilan Rapai Dabôh, musik tradisional Aceh yang khas. Dentuman rapai menggetarkan hati, menimbulkan rasa bangga dan keakraban, serta menjadi simbol budaya yang diwarisi leluhur.
Para pelajar Cot Girek juga tampil memukau dengan tarian tradisional. Kostum warna-warni dan gerakan anggun membius penonton. Tepuk tangan tak henti-hentinya mengiringi setiap gerakan.
“Generasi muda harus tetap melestarikan budaya. Rapai dan tarian ini bukan sekadar hiburan, tetapi simbol jati diri bangsa,” ujar Camat Cot Girek, Kamaruddin, KS, dalam sambutannya.
Dirinya menekankan bahwa kemerdekaan sejati harus memberi manfaat nyata bagi rakyat, khususnya pedagang kecil.
“Perayaan ini bukan sekadar seremonial. Kita ingin semangat kemerdekaan membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Pedagang kecil yang merasakan peningkatan rezeki adalah contoh nyata bahwa ekonomi rakyat harus terus kita dukung,” ujarnya, disambut tepuk tangan hangat warga.
Dalam kesempatan itu, Camat Kamaruddin juga mengajak warga meneriakkan yel-yel kebanggaan
“Aceh Utara Bangkit! Bangkit! Bangkit! Cot Girek Maju! Maju! Maju! ” Teriakan itu pun disambut riuh oleh ribuan pengunjung, menambah semangat kemerdekaan dan kebersamaan di lapangan.
Kapolsek Iptu Ade Syahputra turut memberi arahan agar kegiatan berjalan tertib dan aman.
“Malam ini kita hadir untuk menyaksikan pertunjukan Rapai Dabôh. Tentunya yang paling penting adalah menjaga ketertiban agar acara puncak malam ini berjalan sukses,” ujarnya.
Ade Syahputra menegaskan, nasionalisme bukan hanya simbol, tetapi juga sikap menjaga keamanan dan kenyamanan bersama. “Merah putih harus kita wariskan kepada anak-anak kita dengan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab,” tambahnya.
Perayaan malam itu menunjukkan bagaimana acara budaya dan nasionalisme mampu menjadi katalis ekonomi lokal. Dengan kehadiran ribuan warga, perputaran uang di Cot Girek diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Selain keuntungan ekonomi, acara ini memperlihatkan sinergi antara budaya dan ekonomi. Rapai Dabôh dan tari pelajar bukan hanya hiburan; mereka menjadi magnet yang menarik pengunjung, sehingga meningkatkan konsumsi masyarakat.
Malam semakin larut, lampu-lampu perlahan padam, tapi semangat kemerdekaan tetap menyala. Pedagang pulang dengan kantong penuh, anak-anak tertidur lelap, sementara dentuman Rapai Dabôh masih terngiang.
HUT RI ke-80 di Cot Girek menunjukkan bahwa kemerdekaan bukan hanya tentang bendera berkibar atau pidato heroik. Ini tentang persatuan, pelestarian budaya, dan kesejahteraan rakyat kecil.
“Setiap tahun, semoga kegiatan seperti ini terus ada. Agar masyarakat, pedagang, dan generasi muda dapat merasakan manfaat nyata dari kemerdekaan,” harap Nurhayati, pedagang bakso bakar.
Dengan demikian, malam puncak HUT RI ke-80 di Cot Girek menjadi bukti nyata bahwa merdeka itu bukan sekadar kata, tapi tindakan yang membawa kesejahteraan, kebersamaan, dan kebanggaan budaya bagi seluruh masyarakat.(*)