Mualem Resmi Lantik Abu Paya Pasi sebagai Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman
BANDA ACEH | PASESATU.COM – Suasana sore di Banda Aceh pada Rabu (13/8/2025) terasa khidmat. Ribuan jemaah memadati ruang utama Masjid Raya Baiturrahman (MRB) untuk menyaksikan momen bersejarah: pelantikan Tgk. H. Muhammad Ali, atau yang lebih akrab dikenal sebagai Abu Paya Pasi, sebagai Imam Besar masjid kebanggaan masyarakat Aceh.
Prosesi ini dipimpin langsung oleh Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Aceh Tahun 2025 tentang Penunjukan Imam Besar MRB. Acara berlangsung setelah salat Ashar berjamaah, dengan dihadiri tokoh-tokoh penting, mulai dari ulama kharismatik, Ketua DPRA, pejabat Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA), hingga masyarakat dari berbagai daerah.
“Dengan mengucap syukur kepada Allah, pada hari ini, Rabu 13 Agustus, saya selaku Gubernur Aceh mengukuhkan Tgk. H. Muhammad Ali sebagai Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Aceh Tahun 2025,” kata Mualem dalam sambutannya.
“Saya yakin beliau mampu menjalankan amanah ini dengan penuh tanggung jawab, demi kemaslahatan umat.”
Usai pengukuhan, Gubernur menyerahkan langsung Surat Keputusan kepada Abu Paya Pasi. Beliau juga mengalungkan kain ridak—selembar kain khas sebagai tanda penghormatan dan penerimaan dalam tradisi Aceh.
Pelantikan ini juga diwarnai prosesi peusijuek, sebuah tradisi turun-temurun masyarakat Aceh yang bermakna doa keselamatan dan keberkahan. Peusijuek dipimpin Abu Abon Arongan, lalu dilanjutkan oleh para ulama ternama seperti Abu Mudi, Abi Lampisang, Abi Hasballah Keutapang, Tu Nagan, dan Waled Nu. Butiran beras, daun teumpeun, dan air yang telah didoakan dipercikkan ke Imam Besar baru sebagai simbol harapan agar tugasnya diridai Allah SWT.
Tgk. H. Muhammad Ali, atau Abu Paya Pasi, dikenal luas di Aceh sebagai ulama yang teguh memegang prinsip, mendalam ilmunya, dan aktif dalam pendidikan agama. Beliau berasal dari Paya Pasi, Aceh Utara, dan telah puluhan tahun menjadi pengasuh dayah (pesantren) yang melahirkan banyak kader ulama muda.
Kehidupan beliau diwarnai dengan kesederhanaan, namun perannya di dunia pendidikan Islam menjadikannya sosok panutan. Abu Paya Pasi juga dikenal kerap menjadi penengah dalam berbagai persoalan umat di Aceh, baik di tingkat lokal maupun provinsi.
Jabatan Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman bukan hanya tugas memimpin salat, tetapi juga menjadi simbol pemersatu umat, penuntun kegiatan dakwah, dan penjaga tradisi keislaman di Aceh. MRB sendiri memiliki peran strategis sebagai pusat syiar Islam di wilayah paling barat Indonesia.
Selain fungsi ibadah, MRB menjadi ikon sejarah, budaya, dan perlawanan. Dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda pada abad ke-17, masjid ini pernah terbakar pada masa kolonial Belanda, lalu dibangun kembali dengan arsitektur megah. Keindahan kubah hitamnya menjadi ciri khas yang mendunia.
Masjid Raya Baiturrahman adalah salah satu masjid termegah di Asia Tenggara. Sejarahnya mencatat, bangunan ini hancur saat Belanda menyerang Kutaraja (Banda Aceh) pada 1873. Namun, sebagai upaya meredam kemarahan rakyat Aceh, pemerintah kolonial membangun kembali masjid ini dengan desain khas Mughal.
Kini, MRB bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat kajian Islam, pertemuan ulama, dan destinasi wisata religi. Ribuan orang dari dalam dan luar negeri datang untuk beribadah sekaligus mengagumi keindahan arsitekturnya.
Dengan pengukuhan ini, diharapkan Abu Paya Pasi mampu mempertahankan dan meningkatkan peran Masjid Raya Baiturrahman sebagai pusat keagamaan, pendidikan, dan persatuan masyarakat Aceh. Momen ini juga menjadi pengingat bahwa peran seorang Imam Besar bukan sekadar memimpin ibadah, tetapi juga menjaga marwah dan nilai-nilai Islam yang telah mengakar kuat di Bumi Serambi Mekkah.