Harga Sembako Melonjak di Aceh Utara, Warga Mengeluh di Tengah Semangat HUT RI ke-80
ACEH UTARA | PASESATU.COM – Harga kebutuhan pokok di sejumlah wilayah Kabupaten Aceh Utara, khususnya di kawasan ujung timur, dalam sebulan terakhir mengalami lonjakan signifikan. Kenaikan harga terjadi pada sejumlah komoditas, mulai dari beras, bawang merah, hingga cabai, sehingga memicu keluhan warga, terutama ibu rumah tangga.
Pantauan di Pasar Kota Panton Labu, Rabu (13/8/2025), harga cabai merah yang sebelumnya Rp30.000 per kilogram kini naik menjadi Rp35.000. Bawang merah melonjak dari Rp40.000 menjadi Rp60.000 per kilogram, sedangkan cabai rawit naik dari Rp35.000 menjadi Rp42.000 per kilogram. Untuk telur ayam ras, harga masih bertahan di kisaran Rp52.000 per papan, sementara gula pasir berada di harga Rp18.000 per kilogram.
Antiah, salah seorang ibu rumah tangga, mengaku terkejut sekaligus terbebani dengan lonjakan harga tersebut.
“Semua harga kebutuhan pokok naik tiga kali lipat dari biasanya, bang. Terpaksa kami kurangi belanja harian,” ujarnya.
Meskipun demikian, Antiah mengingatkan pentingnya tetap bersyukur di tengah momentum peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia.
“Peningkatan harga sembako memang memberatkan, tapi kemerdekaan adalah anugerah yang patut disyukuri. Kemerdekaan memberi dasar untuk membangun kesejahteraan, termasuk mengatasi masalah ekonomi seperti ini,” tuturnya.
Umi, warga lainnya yang juga berprofesi sebagai petani kecil, mengeluhkan kondisi yang kian menekan.
“Ini baru selesai musim tanam, terasa leher kami tercekik. Harga barang semua naik, sementara penghasilan kami bergantung pada hasil panen,” keluhnya.
Dari sisi pedagang, situasi ini juga menimbulkan tantangan tersendiri. Adi, pedagang sembako di Pasar Panton Labu, mengaku harus membatasi stok barang dagangannya karena harga modal yang tinggi.
“Bawang merah bahkan ada pedagang yang tidak jual karena harganya terlalu mahal. Kami berharap pemerintah bisa segera mengendalikan harga,” katanya.
Sejumlah pedagang dan warga berharap agar pemerintah daerah bersama instansi terkait segera mengambil langkah konkret, seperti operasi pasar atau subsidi harga, demi mencegah dampak yang lebih luas terhadap kesejahteraan masyarakat. Jika kondisi ini terus berlanjut, mereka khawatir kehidupan warga akan semakin sulit, “bak hidup segan mati tak mau.”(*)