BERITA TERKINI

Harga Cabai Tembus Rp42 Ribu di Aceh Utara, Pedagang: Ini Kenaikan Paling Tajam Tahun Ini!

Krisis pasokan dan lonjakan permintaan dorong harga cabai melonjak tajam di pasar tradisional


ACEH UTARA  | PASESATU.COM
Harga cabai di Kota Panton Labu, Aceh Utara, melonjak tajam dalam beberapa hari terakhir. Kenaikannya tidak main-main—mencapai Rp15 ribu per kilogram hanya dalam waktu singkat. Kondisi ini mengejutkan banyak pedagang dan konsumen di pasar tradisional maupun pasar rakyat.

Pantauan media ini pada Senin (4/8/2025), harga cabai hijau yang sebelumnya stabil di kisaran Rp25.000/kg, kini menyentuh Rp40.000/kg. Cabai merah naik dari Rp35.000/kg ke Rp40.000/kg, dan cabai rawit mengalami lonjakan tertinggi dari Rp35.000/kg menjadi Rp42.000/kg.

“Naiknya harga cabai ini mendadak sekali. Dua hari lalu kami masih jual Rp27 ribu, sekarang sudah Rp40 ribu bahkan lebih,” keluh Munir, pedagang di pasar tradisional Panton Labu.

Munir menyebutkan, penyebab utama lonjakan harga adalah menyusutnya pasokan dari luar daerah. Beberapa wilayah penghasil utama cabai seperti Grong-grong (Pidie), Tanah Gayo (Aceh Tengah), dan Tanah Karo (Sumatera Utara) mengalami gangguan distribusi dan hasil panen yang mengecil.

“Khusus dari Berastagi, pasokannya sangat terbatas karena sedang ada Pesta Bunga dan Buah. Truk pengangkut lebih fokus angkut bunga dan buah, bukan cabai. Otomatis stok di sini jadi sangat terbatas,” jelas Munir.

Kondisi semakin pelik karena permintaan pasar saat ini juga sedang tinggi. Bukan hanya dari rumah tangga dan pedagang kecil, Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) milik pemerintah juga menyerap sebagian besar stok bahan dapur di pasar.

“Sekarang banyak permintaan, bukan cuma dari emak-emak dan warung makan, tapi juga dari penyedia bahan pokok untuk program makanan sekolah. Kami para pedagang kesulitan cari barang,” kata Hamid (45), pedagang cabai di Pasar Rakyat Panton Labu.

Menurut Hamid, lonjakan harga cabai kali ini lebih cepat dan tidak terduga, berbeda dengan tren kenaikan yang biasanya bertahap menjelang hari besar keagamaan.

"Kalau seperti ini terus, pembeli pasti mengeluh. UMKM juga bisa terganggu. Apalagi sekarang bahan lain seperti bawang juga pernah naik parah," ucap Hamid.

Kondisi ini membuat banyak konsumen terpaksa mengurangi pembelian cabai atau mencari alternatif lain. Di sisi lain, para pedagang juga menghadapi dilema: menjual mahal dan kehilangan pembeli, atau menahan stok dan merugi.

“Kalau cabai makin mahal, orang bisa beralih ke cabai bubuk atau sambal kemasan. Itu memukul penjualan kami,” keluh Munir.(*) 

Editor: Syahrul Usman