Ekspor Sawit Topang Surplus Perdagangan Semester I 2025, Nilai CPO Naik Hampir 25 Persen
JAKARTA | PASESATU.COM — Neraca perdagangan Indonesia sepanjang semester I 2025 kembali mencatat surplus signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa surplus perdagangan mencapai US$19,48 miliar, naik dari US$15,58 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Salah satu faktor utama pendorong surplus tersebut adalah kenaikan ekspor minyak kelapa sawit (CPO), baik dari segi nilai maupun volume.
“Ekspor CPO dan produk turunannya tumbuh 24,81 persen secara tahunan (year-on-year), dengan nilai mencapai US$11,43 miliar,” ungkap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers bulanan, seperti dikutip InfoSAWIT, Minggu (3/8/2025).
Pudji menjelaskan, volume ekspor CPO Indonesia selama enam bulan pertama 2025 mencapai 11 juta ton, meningkat dari 10,72 juta ton pada periode Januari–Juni 2024. Selain peningkatan volume, lonjakan nilai ekspor juga didorong oleh harga pasar global yang lebih tinggi. Harga rata-rata CPO pada semester I 2025 tercatat US$1.053,03 per ton, jauh lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar US$861,65 per ton.
“Peningkatan nilai ini mencerminkan pemulihan harga CPO di pasar global,” tambah Pudji.
Secara keseluruhan, nilai ekspor Indonesia selama Januari hingga Juni 2025 mencapai US$135,41 miliar, naik 7,70 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Dari jumlah tersebut, ekspor nonmigas menyumbang US$128,39 miliar atau naik 8,96 persen.
Di antara komoditas ekspor nonmigas terbesar, CPO bersama dengan besi dan baja serta batu bara menjadi penopang utama.
“CPO berkontribusi sekitar 29 persen terhadap total ekspor nonmigas. Sementara besi dan baja mencatat nilai ekspor US$13,79 miliar, tumbuh 9,79 persen, dan batu bara menyumbang US$11,97 miliar, meski turun 21,09 persen,” papar Pudji.
Tren positif ekspor sawit juga tercermin pada bulan Juni 2025. Nilai ekspor CPO dan turunannya mencapai US$2,53 miliar, meningkat signifikan sebesar 36,95 persen dibanding Mei 2025.
“Kenaikan pada Juni ini menjadi sinyal bahwa permintaan global terhadap produk sawit Indonesia masih cukup kuat, terutama dari negara-negara tujuan utama,” kata Pudji dalam rilis BPS yang dikutip Bloomberg Technoz.
Tiga negara yang menjadi tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia selama semester I 2025 adalah Tiongkok (US$29,31 miliar), Amerika Serikat (US$14,79 miliar), dan India (US$8,97 miliar).
Pudji menyebut, “Ketiga negara tersebut berkontribusi sebesar 41,34 persen terhadap total ekspor nonmigas nasional.”
Permintaan tinggi dari India atas minyak sawit menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekspor CPO nasional. India secara konsisten menjadi importir terbesar CPO Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, dalam pernyataan terpisah mengungkapkan bahwa ekspor sawit nasional terus menunjukkan tren positif seiring stabilitas harga dan membaiknya logistik global.
“Dengan harga yang mulai stabil dan permintaan dari negara-negara utama yang tetap tinggi, industri sawit kita masih punya peluang besar menjaga kontribusi terhadap ekonomi nasional,” ujarnya, dikutip dari InfoSAWIT.(*)