Dorongan Penguncian Token Pi Network Picu Gelombang Kritik dari Pengguna
JAKARTA | PASESATU.COM — Kebijakan terbaru dari Pi Network yang mendorong pengguna untuk mengunci token mereka demi peningkatan hasil penambangan memicu gelombang reaksi keras dari komunitas. Pengumuman yang dirilis pada Jumat, 2 Agustus 2025 itu menyebutkan bahwa pengguna (disebut Pioneers) bisa meningkatkan kecepatan mining hingga 200% jika bersedia melakukan penguncian koin Pi secara sukarela.
Dalam pengumuman resminya di blog Pi Network, disebutkan bahwa penguncian dapat dilakukan baik sebelum maupun setelah migrasi token ke Mainnet. Penguncian pasca-migrasi dilakukan melalui aplikasi Pi Wallet dan langsung berdampak pada token yang telah berada di blockchain. Sementara itu, penguncian pra-migrasi dikonfigurasi melalui aplikasi utama dan akan mempengaruhi saldo transfer serta estimasi reward masa depan. Sekali diproses, penguncian bersifat mengikat dan tidak bisa dibatalkan selama periode yang dipilih.
Namun, kebijakan ini menuai reaksi negatif dari sejumlah pengguna. “Komunitas mempertanyakan alasan di balik dorongan penguncian, terutama di tengah kondisi harga token Pi yang terus menurun dan keterlambatan proses migrasi,” tulis jurnalis Mohammad Shahid dalam artikel berjudul "Pi Network Hadapi Kritik Besar atas Dorongan Penguncian Token", yang diterbitkan oleh BeInCrypto Indonesia pada 2 Agustus 2025.
Harga Turun, Migrasi Mandek, dan Ekosistem Mandek
Pengguna aktif di media sosial, khususnya platform X (dulu Twitter), menyuarakan kekesalan mereka terhadap kebijakan ini. Akun @pibartermall, misalnya, menyatakan bahwa mendorong penguncian token terasa prematur dan cenderung eksploitatif. “Mengunci lebih banyak Pi sekarang—tanpa utilitas atau likuiditas yang jelas—tidak masuk akal,” tulis akun tersebut dalam unggahan pada 2 Agustus 2025.
Kritik lainnya juga datang dari pengguna @jatingupta0003, yang menyoroti minimnya transparansi dari pihak pengembang. “Kami kecewa karena tim inti belum memberikan pembaruan roadmap dan menyelesaikan bug. Transparansi sangat dibutuhkan sebelum meminta partisipasi lebih lanjut dari pengguna,” tulisnya dalam cuitan di X.
Sejumlah pengguna juga menyoroti keterlambatan proses Know Your Customer (KYC), yang menjadi syarat migrasi token. Banyak yang mengaku telah menunggu lebih dari setahun meski dokumen KYC telah diajukan, namun saldo Pi mereka masih tertahan dan belum bisa digunakan. Dalam kondisi seperti ini, insentif penguncian token dianggap tidak relevan.
Fitur Ekosistem Masih Belum Tuntas
Selain masalah teknis dan harga token, para pengguna juga kecewa karena fitur-fitur ekosistem yang pernah dijanjikan belum rampung. Beberapa proyek seperti Pi Domains dan App Studio yang sempat dipamerkan dalam fase pratinjau kini dinilai mandek, bahkan tidak aktif. “Janji-janji besar tentang utilitas koin belum terealisasi, sementara pengguna diminta untuk terus berkomitmen,” tulis Shahid dalam laporan BeInCrypto yang sama.
160 Juta Token Akan Dilepas ke Pasar
Kekhawatiran komunitas kian meningkat karena pada bulan Agustus 2025 ini, sebanyak 160 juta token Pi yang sebelumnya terkunci dijadwalkan akan dilepas ke pasar. Jumlah tersebut menjadi pelepasan token terbesar dalam sejarah Pi Network. Dikutip dari artikel “Harga Pi Coin Tertekan, Apa Penyebabnya?”, peluncuran pasokan besar-besaran ini dikhawatirkan menambah tekanan jual dan memperburuk kondisi pasar yang sudah rapuh.
BeInCrypto juga melaporkan bahwa harga token Pi sempat anjlok 11% hanya dalam satu hari pada Sabtu, 2 Agustus 2025, dan kini berada pada titik terendah sepanjang masa. Sejak puncaknya pada Februari 2025, nilai token telah terkoreksi hampir 90% (Sumber: BeInCrypto).
Apakah Listing di Binance Solusi?
Kekecewaan komunitas juga menyangkut absennya token Pi dari bursa-bursa utama seperti Binance. Namun menurut sebuah podcast BeInCrypto, listing di Binance bukanlah solusi jangka pendek. Dalam diskusi itu, analis memperingatkan bahwa masuk ke bursa besar justru bisa memperparah tekanan jual jika dilakukan sebelum ekosistem Pi benar-benar matang.
“Listing itu bisa jadi bumerang. Jika dilakukan dalam kondisi pasar yang belum siap, hasilnya bisa destruktif,” ujar salah satu narasumber dalam podcast tersebut.
Strategi Deflasi atau Beban Komunitas?
Pihak Pi Network sendiri menyatakan bahwa kebijakan ini adalah bagian dari strategi emisi deflasi untuk mengontrol inflasi token serta mendorong keterlibatan jangka panjang dari komunitas. Namun, banyak yang menilai bahwa strategi ini justru menempatkan beban terlalu besar pada pengguna.