BERITA TERKINI

Bukan Cuma Cuaca, Ini Alasan Harga Ikan di Aceh Utara Tak Kunjung Turun

Bukan Cuma Cuaca, Ini Alasan Harga Ikan di Aceh Utara Tak Kunjung Turun

ACEH UTARA | PASESATU.COM 
– Harga ikan basah di pasar-pasar tradisional Aceh Utara, khususnya di Kota Panton Labu, masih bertahan tinggi dan belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Kenaikan harga ini terjadi hampir di semua jenis ikan dan dinilai cukup mencolok, bahkan beberapa jenis seperti ikan lidah, ikan grafu, dan ikan kakap sulit ditemukan di pasaran.

Pantauan media ini pada Minggu (10/8/2025) di salah satu pasar ikan Panton Labu, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, menunjukkan harga jual bervariasi tergantung jenisnya. Namun, secara umum harga masih berada di atas rata-rata normal yang berlaku di wilayah pesisir Aceh Utara. Kondisi ini membuat pedagang dan pembeli sama-sama mengeluhkan situasi yang sudah berlangsung berbulan-bulan.

“Entah kapan harga ikan bisa turun. Jadi tidak bisa dibilang hanya karena cuaca. Ini sudah mahal sejak lama,” keluh Ismail, warga Aceh Utara yang rutin berbelanja di pasar tersebut.

Asnawi, salah satu pedagang ikan di Panton Labu, menjelaskan kenaikan harga mulai terasa sejak dua bulan terakhir di Aceh Utara. Namun, penurunan jumlah pembeli baru dirasakan beberapa hari belakangan.

“Saat ini modal ikan saja sudah Rp30.000 per kilogram. Belum biaya lainnya. Kalau dijual Rp35.000 per kilogram, kami rugi. Makanya sekarang harga rata-rata di Aceh Utara mencapai Rp40.000 per kilogram,” ujarnya.

Menurut Asnawi, sepinya pembeli sangat mempengaruhi perputaran modal. Jika sebelumnya dalam sehari modal bisa kembali, kini butuh waktu lebih lama karena dagangan sering tersisa.

Kenaikan harga juga terjadi di hampir semua jenis ikan yang beredar di Aceh Utara. Ikan gembung yang biasanya dijual Rp35.000 per kilogram kini Rp45.000. Ikan dencis naik dari Rp40.000 menjadi Rp50.000 per kilogram. Ikan tongkol yang sebelumnya Rp30.000 kini Rp40.000 per kilogram.

Ia menambahkan, pasokan ikan dari sentra tangkapan di Aceh dan Sumatera Utara, seperti Lampulo (Banda Aceh), Peudada (Bireuen), Idi (Aceh Timur), Belawan, dan Tanjung Balai, mengalami penurunan.

“Selain cuaca, hasil tangkapan nelayan juga berkurang. Inilah penyebab harga di Aceh Utara masih tinggi,” ungkapnya.

Kondisi ini memaksa sebagian warga Aceh Utara untuk mengatur ulang pola belanja. Rahma, PNS yang berdomisili di Panton Labu, mengaku kini membeli ikan segar dua hari sekali dan menggantinya dengan ayam demi menghemat pengeluaran.

Sementara Erni, ibu rumah tangga asal Kecamatan Madat, Aceh Timur, yang kerap berbelanja di Panton Labu, mengaku kesulitan mengatur uang belanja.

“Ikan mahal, beras mahal, bahan dapur lain juga naik. Belanja makin susah,” keluhnya.

Dampak kenaikan harga ikan juga terasa pada pedagang makanan siap saji di Aceh Utara. Ratna, penjual nasi bungkus di Panton Labu, menyebut harga jual ikut terkerek.

“Biasanya nasi bungkus dengan lauk ikan dijual Rp10.000, sekarang jadi Rp12.000 per bungkus,” ujarnya.

Hingga kini, harga ikan di Aceh Utara belum menunjukkan tren penurunan. Pedagang dan pembeli berharap ada langkah konkret dari pemerintah daerah dan pihak terkait untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok, khususnya ikan, di wilayah tersebut.(*) 

Editor : Syahrul Usman