BERITA TERKINI

Bendungan Keureuto Bukan Penyebab Banjir di Aceh Utara, Ini Penjelasan Teknis Resminya


ACEH UTARA | PASESATU.COM
Setiap kali musim hujan tiba dan banjir melanda wilayah Lhoksukon serta sekitarnya, nama Bendungan Keureuto kerap menjadi sasaran tudingan. Banyak warga meyakini bahwa proyek bendungan terbesar di Aceh tersebut menjadi biang keladi luapan air yang merendam rumah dan lahan pertanian masyarakat. Namun, tudingan tersebut dipatahkan oleh kajian teknis dan data resmi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Melalui keterangan resmi Balai Wilayah Sungai Sumatera I (BWSS I), disebutkan bahwa banjir yang melanda kawasan Aceh Utara bukanlah akibat dari keberadaan Bendungan Keureuto. Justru sebaliknya, bendungan yang dibangun di Kecamatan Paya Bakong itu dirancang sebagai solusi untuk mengendalikan banjir dan menyediakan pasokan air irigasi serta air baku.

“Wilayah Lhoksukon dan sekitarnya memang merupakan kawasan langganan banjir jauh sebelum pembangunan Bendungan Keureuto dimulai,” tulis BWSS I dalam laman resminya sda.pu.go.id, dikutip PASESATU.COM pada Kamis 24 Juli 2025.

Penelusuran teknis menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan banjir di Aceh Utara. Salah satunya adalah kondisi sungai yang memiliki hanya satu muara dan cenderung dangkal. Situasi ini menyebabkan aliran air tidak lancar, terutama saat debit air meningkat akibat hujan lebat.

Selain itu, banyak anak sungai di kawasan hulu bermuara ke titik yang sama. Ketika curah hujan tinggi turun secara bersamaan di wilayah tersebut, volume air meluap dan tidak tertampung secara maksimal, sehingga banjir pun terjadi di wilayah hilir.

Faktor lainnya adalah menyusutnya kawasan resapan air akibat maraknya alih fungsi lahan dan kerusakan kawasan hutan. Dulu, pepohonan dan hutan berperan sebagai pelindung alami untuk memperlambat aliran air ke permukiman. Namun kini, vegetasi yang hilang mempercepat laju air, terutama di musim penghujan yang intensitasnya kian meningkat.

Bendungan Keureuto merupakan salah satu proyek strategis nasional yang dibangun oleh pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR. Bendungan ini memiliki kapasitas tampung sebesar 215,94 juta meter kubik air dan dirancang dengan tiga fungsi utama: irigasi, penyediaan air baku, dan pengendalian banjir.

Secara khusus, keberadaan bendungan ini ditujukan untuk mengurangi risiko banjir di kawasan hilir Sungai Krueng Keureuto hingga 30 persen. Artinya, ketika fungsi bendungan beroperasi optimal, maka volume air yang masuk ke wilayah padat penduduk dapat ditekan secara signifikan.

“Kami tegaskan, bendungan ini tidak menjadi penyebab banjir. Sebaliknya, ia merupakan bagian dari upaya penanggulangan banjir jangka panjang,” tulis BWSS I.

Para ahli dan instansi teknis juga menyoroti pentingnya sinkronisasi kebijakan tata ruang dengan pelestarian daerah tangkapan air. Pembangunan fisik semata tidak akan cukup bila tidak dibarengi dengan upaya konservasi hulu sungai dan penataan daerah aliran sungai (DAS).

Di sisi lain, pemerintah daerah diharapkan lebih aktif dalam melakukan reboisasi, edukasi masyarakat soal pentingnya menjaga hutan, serta pengawasan terhadap aktivitas yang menyebabkan degradasi lingkungan, seperti pembalakan liar dan pembangunan tanpa kajian AMDAL.

Isu bahwa Bendungan Keureuto menjadi penyebab banjir di Aceh Utara sejatinya tidak berdasar secara teknis dan ilmiah. Justru keberadaannya merupakan langkah nyata pemerintah dalam menjawab kebutuhan akan infrastruktur pengairan dan perlindungan wilayah dari bencana banjir.

Masyarakat diharapkan tidak mudah termakan isu tanpa dasar dan mulai memahami pentingnya sinergi antara pembangunan fisik, konservasi lingkungan, dan tata kelola air yang berkelanjutan.

Referensi:

Balai Wilayah Sungai Sumatera I Kementerian PUPR. "Benarkah Jadi Penyebab Banjir di Aceh Utara karena Bendungan Keureuto?" https://sda.pu.go.id/balai/bwssumatera1/article/benarkah-jadi-penyebab-banjir-di-aceh-utara-karena-bendungan-keureuto

Editor: Syahrul Usman