BERITA TERKINI

Tiga Jenis Wereng Serang Padi: Ancaman Serius bagi Petani dan Cara Mengendalikannya


ACEH UTARA | PASESATU.COM
–  Serangan hama wereng di sejumlah petak sawah Desa Alue Drien Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara mulai menunjukkan gejala aneh, rumpun padi menguning, batang melemah, dan bulir gabah kosong. Dari luas total 22 hektare lahan yang dikelola, sekitar 0,75 hektare sudah terdampak, berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Utara. 

Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) yang turun ke lapangan menilai situasi tersebut harus segera ditangani agar tidak berkembang menjadi serangan luas. “Kalau terlambat diantisipasi, wereng bisa berkembang sangat cepat. Satu rumpun padi yang terinfeksi bisa menjadi sumber penyebaran ke hamparan lain,” kata Muhammad Nur, Koordinator POPT Aceh Utara, usai melakukan pemeriksaan lapangan, pada Kamis (04/09/2025). 

Kejadian di Alue Drien bukan peristiwa baru. Serangan wereng selalu menjadi ancaman klasik bagi petani padi Indonesia. Bahkan pada awal 1980-an, serangan wereng batang cokelat menyebabkan gagal panen besar-besaran di Jawa hingga pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1986 tentang pengendalian hama wereng.

Hama Kecil, Dampak Besar

Wereng termasuk serangga kecil dari kelompok penghisap cairan tanaman. Ukurannya hanya 3–4 milimeter, tetapi dampak yang ditimbulkannya bisa berlipat ganda. Ada dua bahaya utama dari wereng:

  1. Kerusakan langsung pada tanaman. Nimfa dan wereng dewasa menghisap cairan batang padi, membuat tanaman kekurangan nutrisi, menguning, dan pada kondisi parah akan mati mengering (hopperburn).
  2. Sebagai vektor penyakit. Jenis tertentu membawa virus berbahaya yang membuat tanaman padi kerdil, beranakan sedikit, dan menghasilkan gabah hampa.
Ketika populasi wereng meledak, hasil panen bisa turun drastis. Di banyak kasus, kerugian yang ditimbulkan mencapai puluhan juta rupiah per hektare.

Jenis-Jenis Wereng di Sawah Padi

Para ahli membedakan beberapa jenis wereng yang paling merugikan tanaman padi. Mengenali jenis-jenis ini penting bagi petani agar dapat menentukan strategi pengendalian yang tepat.

1. Wereng Batang Cokelat (Nilaparvata lugens)

Wereng batang cokelat (WBC) adalah jenis paling berbahaya. Ia menyerang bagian pangkal batang padi dengan cara menghisap cairan tanaman.

Gejala serangan: Tanaman menguning, pertumbuhan terhambat, kemudian mati total. Kondisi ini dikenal sebagai hopperburn.

Ancaman tambahan: WBC adalah vektor virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Tanaman yang terinfeksi virus tidak hanya menurun produksinya, tetapi bisa gagal panen total.
  • Penyebab ledakan: Populasi wereng bisa meningkat karena pemupukan nitrogen berlebih, tanam tidak serempak, serta penggunaan insektisida yang tidak bijak.Wereng Punggung Putih (Sogatella furcifera)
  • Jenis ini memiliki ciri garis putih di bagian punggung. Wereng punggung putih (WPP) sering muncul bersamaan atau bergantian dengan WBC.
  • Gejala serangan: Daun dan batang padi menguning akibat cairan tanaman dihisap.
  • Karakteristik: Populasinya meningkat cepat pada musim hujan atau ketika musuh alami berkurang.
  • Kendali alami: Predator seperti laba-laba dan kepik Cyrtorhinus lividipennis biasanya mampu menekan populasi.
2. Wereng Hijau (Nephotettix virescens)

Wereng hijau lebih dikenal sebagai pembawa virus tungro, salah satu penyakit padi paling merugikan di Asia Tenggara.
  • Gejala serangan: Daun berubah menjadi kuning atau oranye, tanaman kerdil, jumlah anakan berkurang.
  • Dampak: Tungro menyebabkan bulir gabah kosong, sehingga produktivitas sawah bisa turun hingga 70 persen.
  • Sebaran: Penyakit tungro bersifat endemis di beberapa wilayah Indonesia, termasuk Aceh.

Strategi Pengendalian Wereng

Pengalaman panjang menunjukkan, penggunaan insektisida semata tidak mampu mengatasi wereng. Bahkan, penyemprotan berlebihan sering berujung pada masalah baru: matinya musuh alami dan munculnya wereng yang resisten. Karena itu, pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) menjadi kunci.

1. Tanam Serempak dan Gunakan Varietas Tahan

Menanam serempak dalam satu hamparan sawah membantu memutus siklus hidup wereng. Selain itu, Balai Penelitian Tanaman Padi telah merilis varietas Inpari yang lebih tahan terhadap serangan WBC. Namun, varietas tahan tetap perlu dirotasi agar tidak cepat dilumpuhkan oleh adaptasi wereng.

2. Pemupukan Berimbang

Nitrogen berlebih membuat tanaman padi subur tetapi rentan terhadap serangan wereng. Karena itu, petani dianjurkan menggunakan pupuk sesuai rekomendasi teknis, dengan tambahan kalium untuk memperkuat ketahanan tanaman.

3. Konservasi Musuh Alami

Laba-laba, kepik predator, dan parasitoid telur adalah musuh alami wereng yang efektif. Petani diminta tidak sembarangan menyemprot pestisida spektrum luas yang bisa membunuh predator ini.

4. Agens Hayati dan Refugia

Jamur Metarhizium anisopliae dapat digunakan sebagai agens hayati untuk menyerang nimfa wereng. Sementara itu, menanam refugia berupa bunga di pematang sawah membantu menarik predator alami ke lahan.

5. Pengairan dan Sanitasi Lahan

Mengeringkan sawah selama beberapa hari pada fase awal serangan mampu menekan populasi wereng. Jerami sisa panen juga sebaiknya dibersihkan agar tidak menjadi sumber hama.

6. Insektisida Selektif

Penggunaan insektisida harus dilakukan secara selektif, hanya ketika populasi wereng melampaui ambang kendali. Prinsip “6 Tepat”—jenis, dosis, mutu, cara, waktu, dan sasaran—menjadi panduan utama.

Kasus Alue Drien: Alarm Dini bagi Petani

Serangan yang menimpa Desa Alue Drien menunjukkan bahwa wereng tetap menjadi ancaman nyata bagi petani Aceh Utara. Walau luas terdampak baru 0,75 hektare, gejala yang terlihat memicu kekhawatiran.

“Bulir gabah banyak yang kosong. Kalau serangan berlanjut, kami bisa rugi besar,” kata Syahrul, salah satu petani di desa itu.

Petugas POPT bersama UPTD setempat sudah melakukan penyemprotan terbatas di delapan hektare lahan. Namun, mereka menekankan bahwa pengendalian tidak bisa hanya dilakukan individu. Harus ada gerakan kolektif melalui kelompok tani agar serangan tidak meluas ke seluruh hamparan.

Pentingnya Edukasi dan Dukungan Kebijakan

Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) terus mendorong penerapan PHT di seluruh sentra padi. Program sekolah lapang bagi petani digelar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang jenis wereng, ambang kendali, hingga teknik konservasi musuh alami.

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1986 masih menjadi pijakan penting dalam kebijakan pengendalian wereng. Meski terbit hampir empat dekade lalu, substansinya tetap relevan: pencegahan harus mengedepankan pengelolaan lingkungan dan partisipasi petani, bukan hanya bergantung pada pestisida.


Kasus wereng di Desa Alue Drien, Cot Girek, Aceh Utara, menjadi pengingat bahwa hama kecil bisa menimbulkan kerugian besar jika diabaikan. Mengenali jenis-jenis wereng—batang cokelat, punggung putih, dan hijau—merupakan langkah awal yang penting.

Strategi pengendalian yang efektif bukan hanya soal penyemprotan insektisida, melainkan pendekatan terpadu: tanam serempak, pemupukan berimbang, konservasi musuh alami, penggunaan agens hayati, sanitasi lahan, dan penyemprotan selektif bila diperlukan.

Bagi petani di Aceh Utara, khususnya di Cot Girek, edukasi menjadi senjata utama. Dengan pemahaman yang baik, ancaman wereng bisa ditekan sehingga sawah tetap produktif dan ketahanan pangan daerah terjaga.(*) 


Editor : Syahrul Usman