Pemerintah Tetapkan Harga Pembelian Gabah Rp6.500 per Kilogram
![]() |
Konferensi Pers seusai acara Penandatanganan Komitmen Bersama Serap Gabah Petani' yang digelar di Jakarta, Kamis (30/1/2025)/Foto : Humas Badan Pangan Nasional |
Penetapan HPP GKP ini tertuang dalam Keputusan Kepala Bapanas Nomor 14 Tahun 2025 yang menggantikan aturan sebelumnya. Selain itu, kebijakan baru ini juga menghilangkan rafaksi harga gabah yang selama ini menjadi kendala dalam harga jual gabah petani.
Perlindungan bagi Petani dan Optimalisasi Serapan Gabah
Dalam acara Penandatanganan Komitmen Bersama Serap Gabah Petani yang berlangsung di Jakarta pada Kamis (30/1/2025), Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa kebijakan ini diambil untuk meningkatkan semangat petani dalam berproduksi serta menjaga ketahanan pangan nasional.
"Harga pembelian gabah di tingkat petani ditetapkan Rp6.500 per kg. Penyesuaian ini dilakukan agar petani tetap termotivasi dalam mendukung swasembada pangan," ujar Arief.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya optimalisasi penyerapan gabah dan beras dalam negeri, terutama di tengah berlangsungnya panen raya. Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Perum Bulog ditargetkan untuk mengadakan gabah dan beras sebanyak 3 juta ton setara beras pada 2025.
"Dengan target tersebut serta kebijakan penyesuaian HPP gabah, kami berharap serapan gabah petani dapat berjalan optimal. Kami juga menantikan realisasi proyeksi panen raya yang telah disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS)," tambahnya.
Proyeksi Produksi Beras dan Tren Surplus
BPS memproyeksikan produksi beras nasional pada Januari 2025 mencapai 1,31 juta ton, sementara Februari diperkirakan mencapai 2,08 juta ton. Produksi diprediksi melonjak pada Maret menjadi 5,20 juta ton, melampaui kebutuhan konsumsi bulanan sekitar 2,5 juta ton. Tren surplus ini diperkirakan berlanjut hingga April dan Mei seiring dengan musim panen raya.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan bahwa produksi padi pada Januari hingga Maret 2025 mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Berdasarkan data BPS, produksi Januari naik 50 persen, Februari naik 49 persen, dan Maret meningkat 51 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kami berharap tren positif ini terus berlanjut hingga April," ungkapnya.
Pemanfaatan Sentra Penggilingan Padi untuk Penyerapan Gabah
Guna meningkatkan serapan gabah petani, Bapanas menekankan pentingnya pemanfaatan Sentra Penggilingan Padi (SPP) yang tersebar di berbagai wilayah sentra produksi padi nasional. Saat ini, terdapat 10 unit SPP yang tersebar di lima provinsi, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Jawa Timur, sebagai provinsi dengan produksi padi terbesar pada 2024, memiliki empat unit SPP yang terletak di Bojonegoro, Magetan, Jember, dan Banyuwangi. Produksi padi di wilayah ini mencapai 9,2 juta ton. Sementara itu, Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing memiliki dua unit SPP dengan produksi 8,8 juta ton dan 8,5 juta ton. Di luar Pulau Jawa, Lampung dan NTB masing-masing memiliki satu unit SPP dengan produksi padi sebesar 2,7 juta ton dan 1,4 juta ton pada 2024.
Dengan adanya fasilitas ini, Perum Bulog diharapkan dapat menyerap gabah petani secara optimal dan mengolahnya menjadi beras berkualitas guna memenuhi kebutuhan pangan nasional.
Target Serapan 3 Juta Ton Setara Beras
Bapanas menargetkan 70 persen dari total 3 juta ton setara beras dapat diserap pada semester pertama 2025. Arief mengajak seluruh pihak untuk bekerja sama dalam mencapai target tersebut.
"Kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama merealisasikan target ini demi mewujudkan swasembada pangan," tutupnya.
Dengan berbagai langkah strategis yang telah diterapkan, pemerintah optimistis target swasembada pangan dapat tercapai, sekaligus memastikan kesejahteraan petani serta ketahanan pangan nasional tetap terjaga.***