Damai di Perantauan: Kisruh Penggiat Sosial Aceh di Malaysia Berakhir dengan Pelukan
Font Terkecil
Font Terbesar
MALAYSIA | PASESATU.COM – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan perantauan, kabar perdamaian datang membawa angin sejuk bagi komunitas Aceh di Malaysia. Setelah sempat terseret dalam kisruh yang viral di media sosial, tiga tokoh perantau Aceh akhirnya sepakat mengakhiri perbedaan dengan cara paling sederhana sekaligus paling bermakna, berjabat tangan dan berpelukan.
Beberapa hari terakhir, nama Tgk. Bukhari, Ketua SUBA, bersama dua sosok lain, Bosspon dan Uncle Musliadi, menjadi perbincangan hangat di kalangan perantau. Ketiganya sempat terlibat perselisihan yang terekam dalam konten TikTok hingga menyita perhatian publik. Namun, apa yang awalnya dikhawatirkan menjadi bara panjang justru berbalik menjadi pelajaran berharga tentang arti persaudaraan di tanah rantau.
Perdamaian itu terwujud pada Rabu (20/8/2025), di sebuah lokasi yang cukup populer di kalangan komunitas Aceh, Gua Lepak Batu Ceves, Malaysia. Presiden Komunitas, Dato Haji Mansor bin Usman, turun langsung menjadi mediator. Dalam pertemuan yang diwarnai dengan suasana haru dan canda ringan, ketiganya sepakat menutup lembaran lama.
Lebih menyentuh lagi, setelah berjabat tangan, ketiganya saling berpelukan. Dalam momen singkat itu, beban yang sempat menggantung terasa luruh. Seolah-olah mereka semua kembali diingatkan bahwa perantauan hanya bisa dijalani dengan kebersamaan, bukan dengan perpecahan.
Di balik momen ini, apresiasi mendalam datang dari Teuku Ricky, tokoh muda Aceh yang juga sempat punya pengalaman berbeda pandangan dengan Bosspon. Ricky menilai langkah damai yang ditempuh ketiga tokoh itu menjadi contoh nyata bagaimana ego bisa ditundukkan demi persaudaraan.
“Saya sangat mengapresiasi langkah damai ini. Ketika orang-orang yang sempat berselisih mampu menurunkan ego dan saling memaafkan, itu menunjukkan kedewasaan yang luar biasa. Apalagi kita semua hidup di negeri orang, tentu yang paling utama adalah menjaga persaudaraan,” ujarnya dengan nada penuh rasa syukur.
Ricky juga menegaskan, perselisihan adalah hal wajar dalam kehidupan. Namun, yang jauh lebih penting adalah kemampuan untuk menyelesaikannya dengan cara bermartabat bukan dengan cara saling menyerang di media sosial.
“Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Saya sendiri pernah berbeda pandangan dengan Bang Bosspon, tetapi hari ini kita bisa duduk bersama, bercanda, bahkan tertawa. Itu semua karena kita memilih jalan persaudaraan,” tambahnya.
Tak berhenti di situ, Ricky juga menyampaikan rasa terima kasih kepada sosok penting yang berperan besar dalam mendamaikan ketiga tokoh tersebut.
“Saya secara pribadi, dan tentu kita semua, sangat berterima kasih kepada Dato Haji Mansor bin Usman. Beliau dengan sabar turun tangan dan mempertemukan kita semua hingga suasana menjadi damai. Peran beliau sebagai penengah benar-benar patut diapresiasi,” ucap Ricky.
Lebih jauh, Ricky berharap momentum ini menjadi awal baru bagi komunitas perantau Aceh di Malaysia.
“Dengan adanya perdamaian ini, semoga kita semua lebih kompak dalam membantu sesama perantau, dan juga bersama-sama mengadvokasi berbagai permasalahan yang dihadapi warga Aceh di Malaysia. Kalau kita solid, insyaAllah semua tantangan bisa kita hadapi,” tegasnya.
Momen ini pun menjadi peringatan manis bagi para perantau, bahwa perbedaan tidak harus berujung pada permusuhan, melainkan bisa menjadi pintu untuk saling memahami.
Kini, dengan berakhirnya kisruh yang sempat memanas, komunitas Aceh di Malaysia menatap masa depan dengan lebih optimis. Persatuan yang terjalin diharapkan menjadi fondasi untuk memperkuat solidaritas, menjaga marwah sebagai anak Aceh, sekaligus memberi manfaat nyata bagi sesama perantau maupun masyarakat di tanah kelahiran. (*)