Harga Telur Ayam Naik di Aceh Utara, Pelaku Usaha Kecil Menjerit: Modal Meningkat, Pembeli Menyusut
ACEH UTARA | PASESATU.COM — Harga telur ayam di wilayah Aceh Utara kembali mengalami kenaikan dalam sepekan terakhir. Di Kota Panton Labu, Kecamatan Tanah Jambo Aye, harga telur ayam kini mencapai Rp52.000 per papan, naik dari Rp48.000 pada minggu sebelumnya.
Meskipun distribusi telur dari luar daerah, terutama dari Kota Medan, Sumatera Utara, masih lancar, daya beli masyarakat terlihat melemah. Sejumlah pedagang dan pelaku usaha mikro mengeluhkan penurunan pembeli akibat kenaikan harga tersebut.
“Pasokan dari Medan lancar, selalu ada stok. Tapi yang beli makin sedikit. Biasanya orang beli lima sampai sepuluh butir, sekarang ada yang cuma beli dua atau lima butir,” ujar Salman, pedagang sembako di Panton Labu, Rabu (16/7/2025).
Kenaikan harga telur ini turut memukul pelaku usaha mikro dan kecil, terutama yang mengandalkan telur sebagai bahan baku utama. Fatimah (56), pembuat kue tradisional bolu (Bhoi) di kawasan Tanah Jambo Aye, mengaku usahanya terdampak secara signifikan.
“Harga telur terus naik, sementara pesanan kue bolu sedang banyak. Mau tidak mau tetap produksi, walau modal makin besar dan hasilnya makin kecil,” keluh Fatimah kepada jurnalis media ini.
Menurutnya, setiap hari ia membutuhkan antara lima hingga sepuluh papan telur untuk memenuhi permintaan pelanggan. Namun dengan lonjakan harga saat ini, keuntungan yang ia peroleh semakin menipis.
Nasib serupa dialami Sadli, pedagang telur gulung yang berjualan di sekitar sekolah dasar di Kota Panton Labu. Ia mengatakan harus menambah modal harian sebesar Rp10.000 hingga Rp30.000 karena mahalnya harga telur.
“Harga jual tidak mungkin kita naikkan. Pembeli kita anak-anak sekolah dasar. Kalau kita naikkan, nanti tidak laku. Dengan harga sekarang saja, penghasilan sudah tidak menentu,” ungkap Sadli.
Sadli dan pelaku usaha kecil lainnya berharap pemerintah daerah dapat mengambil langkah cepat untuk menstabilkan harga bahan pokok, termasuk telur ayam.
“Kami berharap pemerintah bisa mengendalikan harga pasar. Bukan hanya kami pelaku usaha kecil, ibu rumah tangga juga pasti merasakan dampaknya,” tambah Sadli.
Kenaikan harga bahan pokok, terutama telur ayam, dinilai sangat memberatkan masyarakat kecil. Pelaku UMKM dan pedagang kecil tidak memiliki daya tawar untuk menyesuaikan harga jual dengan lonjakan biaya produksi.
Salah satu penyebab utama fluktuasi harga telur di Aceh Utara adalah tingginya ketergantungan terhadap pasokan dari luar daerah. Sebagian besar telur ayam yang beredar di pasar lokal didatangkan dari Sumatera Utara, terutama dari Medan. Ketergantungan ini menjadikan harga telur sangat sensitif terhadap kondisi pasar di luar wilayah Aceh.
Kondisi ini memperlihatkan lemahnya kemandirian pangan di sektor peternakan ayam petelur di Aceh Utara. Hingga saat ini, belum terlihat adanya program konkrit dari pemerintah daerah untuk membangun peternakan ayam petelur skala menengah atau besar yang dapat menyuplai kebutuhan lokal.
Kenaikan harga telur ayam bukan hanya persoalan ekonomi mikro, tetapi juga menyangkut ketahanan pangan lokal. Pemerintah daerah diharapkan tidak hanya fokus pada pengawasan harga, tetapi juga merancang kebijakan jangka panjang yang dapat mengurangi ketergantungan pasokan dari luar provinsi.(*)