Wakil Bupati Apresiasi Karya Literasi Guru dan Siswa SMPN 1 Syamtalira Aron Lewat Peluncuran Buku Karmina ASEAN
ACEH UTARA | PASESATU.COM - Wakil Bupati Aceh Utara, Tarmizi A. Payang, menghadiri dan secara resmi meluncurkan buku Karmina ASEAN, sebuah karya kolaboratif yang ditulis oleh guru dan siswa SMPN 1 Syamtalira Aron. Peluncuran berlangsung pada Kamis, 24 Juli 2025, di aula sekolah tersebut, dan menjadi momentum penting dalam upaya penguatan literasi berbasis budaya lokal di kalangan generasi muda.
Buku ini digagas oleh Kepala SMPN 1 Syamtalira Aron, Jasmani, S.Pd., M.SM, sebagai bagian dari tindak lanjut partisipasi sekolah dalam Festival Pantun Nusantara 2024 yang digelar di Anjungan Riau, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, pada 21 September 2024. Dalam festival tersebut, para guru dan siswa memperkenalkan bentuk pantun karmina — salah satu warisan sastra lisan Melayu — ke hadapan publik nasional dan regional ASEAN.
Turut hadir dalam acara peluncuran:
- Jasmani, S.Pd., M.SM – Kepala sekolah dan penggagas kegiatan
- Enam guru pembimbing literasi SMPN 1 Syamtalira Aron
- Enam siswa dan siswi sebagai penulis buku
- Tujuh kepala sekolah dari berbagai kecamatan di Aceh Utara
- Wakil Bupati Aceh Utara, Tarmizi A. Payang
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Tarmizi mengapresiasi dedikasi para pendidik dan siswa yang telah mengharumkan nama Aceh Utara di tingkat nasional bahkan regional.
“Ini bukan sekadar peluncuran buku, melainkan peluncuran semangat baru dalam memajukan budaya dan literasi di sekolah. Buku Karmina ASEAN adalah bukti bahwa dari ruang-ruang kelas di pelosok desa pun bisa lahir karya-karya yang bersuara hingga ke panggung ASEAN,” ujar Tarmizi.
Ia menambahkan bahwa pemerintah daerah akan terus mendukung kegiatan literasi kreatif yang berbasis pada kearifan lokal, sebagai upaya memperkuat identitas budaya sekaligus membangun daya saing daerah di level nasional dan internasional.
Karmina ASEAN merupakan kumpulan pantun karmina yang ditulis dengan gaya kekinian, namun tetap mengusung nilai-nilai budaya lokal Aceh. Proses penyusunan buku ini melibatkan diskusi, bimbingan literasi, serta pelatihan menulis yang intensif antara guru dan siswa selama hampir enam bulan.
Kepala Sekolah SMPN 1 Syamtalira Aron, Jasmani, menyebut peluncuran ini sebagai hasil dari proses panjang yang dilandasi semangat kolaborasi dan kepedulian terhadap pelestarian budaya.
“Anak-anak kita tidak hanya belajar menulis, tetapi juga memahami akar budaya mereka. Pantun bukan hanya sastra, tapi cerminan cara berpikir dan berbahasa orang Melayu yang patut kita banggakan,” tutur Jasmani.
Ia berharap buku ini menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain di Aceh Utara untuk lebih aktif dalam kegiatan literasi dan pengembangan karakter siswa melalui sastra.
Buku Karmina ASEAN tidak hanya menyoroti keindahan bentuk puisi tradisional, tetapi juga menyiratkan pentingnya sinergi antara dunia pendidikan, pelestarian budaya, dan kreativitas generasi muda. Inisiatif ini dinilai sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang mendorong sekolah untuk mengembangkan proyek pembelajaran berbasis konteks lokal.
Dalam keterangan terpisah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Utara menyambut baik peluncuran buku ini dan menyatakan bahwa pihaknya akan mengkaji potensi replikasi kegiatan serupa di sekolah lain sebagai bagian dari program penguatan literasi daerah.
Keterlibatan SMPN 1 Syamtalira Aron dalam Festival Pantun Nusantara dinilai sebagai terobosan penting dalam diplomasi budaya dari akar rumput. Meskipun berstatus sebagai sekolah menengah pertama di daerah, semangat dan kualitas karya para siswa mampu mendapat apresiasi di ajang bergengsi tersebut.
Wakil Bupati dalam penutupannya menyatakan komitmen Pemkab Aceh Utara untuk mendukung setiap inisiatif kreatif dan edukatif yang membawa manfaat luas bagi pendidikan dan kebudayaan daerah.
“Kami ingin sekolah-sekolah di Aceh Utara bukan hanya unggul dalam angka kelulusan, tapi juga dalam inovasi, karakter, dan kemampuan mengenalkan jati diri daerah ke dunia luar,” ujar Tarmizi.
Peluncuran buku Karmina ASEAN ini menjadi bukti bahwa literasi tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga memperkuat identitas dan membawa harum nama daerah. Aceh Utara patut berbangga, karena dari desa kecil di Kecamatan Syamtalira Aron, telah lahir sebuah karya yang bergema ke tingkat ASEAN.(*)