Haji Uma Tinjau Desa Gedumbak Pasca Banjir Bandang: “Ini Sangat Menyedihkan, Rumah 350 Unit Rata dengan Tanah”
Font Terkecil
Font Terbesar
ACEH UTARA | PASESATU.COM — Anggota DPD RI asal Aceh, H. Sudirman atau Haji Uma, meninjau langsung kondisi Desa Gedumbak, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara, yang porak-poranda diterjang banjir bandang. Di hadapan puing-puing pemukiman warga, ia menyampaikan keprihatinan mendalam atas besarnya kerusakan yang ditimbulkan bencana tersebut.
Haji Uma menyebut, desa itu nyaris rata dengan tanah. Dari sekitar 400 unit rumah warga, hanya 41 unit yang masih terlihat bekasnya. Selain kerusakan fisik, enam warga dilaporkan hilang dan hingga kini belum ditemukan jenazahnya.
Berdasarkan keterangan warga dan aparat desa, banjir bandang dipicu oleh masifnya tumpukan kayu yang terbawa dari wilayah hulu. “Tokoh desa mengatakan lebih dari 150 hektare area hulu dipenuhi tumpukan kayu. Di belakang kami ada rumah warga dan perkebunan yang tertimbun. Bahkan tidak tertutup kemungkinan ada jenazah di bawah tumpukan kayu, karena beberapa warga mencium bau menyengat,” ujar Haji Uma.
Ia menegaskan, fenomena ini menjadi peringatan serius bagi pemerintah. Menurutnya, kondisi hulu yang rusak merupakan indikator utama penyebab banjir besar tersebut. “Pemerintah harus menertibkan izin-izin yang mengakibatkan kerusakan di bagian hulu. Kami di DPD RI mendesak agar bencana ini ditetapkan sebagai skala prioritas nasional,” tegasnya.
Dampak banjir juga melumpuhkan seluruh aktivitas desa. Listrik padam, akses jalan rusak, air bersih tidak tersedia, dan tenda pengungsian tidak mencukupi. Tercatat lebih dari 400 kepala keluarga atau sekitar 2.000 jiwa terdampak. Banyak warga mulai mengalami gatal-gatal akibat penggunaan air yang tidak layak.
Haji Uma meminta pemerintah segera mengirimkan bantuan, khususnya kebutuhan mendesak seperti air bersih, obat-obatan, dan bahan makanan. Ia menilai pemulihan desa ini akan memakan waktu sangat lama. “Kalau dibangun kembali, saya perkirakan bisa memakan waktu hingga 10 tahun untuk kembali seperti sedia kala,” katanya.
Selain mendengar laporan dari para tokoh masyarakat, tim juga mewawancarai warga yang menceritakan kronologi banjir. Peristiwa itu terjadi pada Rabu pagi. Saat anak-anak bersiap berangkat sekolah, air genangan dari hujan berkepanjangan telah memenuhi kebun-kebun warga. Tak lama kemudian, air sungai meluap dengan cepat hingga mencapai enam meter. Banyak warga terpaksa menyelamatkan diri tanpa sempat membawa pakaian maupun perlengkapan apa pun.
Warga berharap pemerintah segera memberikan perhatian penuh. “Pedulilah kami. Untuk sementara kami terjebak dan tidak tahu harus mengadu kepada siapa selain kepada pemerintah,” ujar salah satu warga.
Haji Uma menutup kunjungannya dengan menyampaikan doa dan harapan. Ia meminta masyarakat tetap tabah dan mengajak semua pihak mendoakan para korban yang meninggal dunia agar mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. (*)
