Harga Gabah di Aceh Timur Lebih Tinggi dari Aceh Utara, Petani Minta Pemerintah Perhatikan Kesenjangan Pasar
Font Terkecil
Font Terbesar
ACEH | PASESATU.COM — Perbedaan harga gabah di dua wilayah penghasil padi di Aceh, yakni Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Utara, menunjukkan kesenjangan yang cukup terasa bagi petani.
Berdasarkan pantauan di lapangan, harga gabah kering panen (GKP) di Aceh Timur mencapai Rp 6.500 per kilogram, sedangkan di Aceh Utara hanya Rp 6.300 per kilogram di tingkat petani.
Selisih Rp 200 per kilogram ini tampak kecil, namun bagi petani yang menjual dalam jumlah besar hingga beberapa ton, perbedaan tersebut bisa berarti ratusan ribu rupiah per panen cukup signifikan bagi rumah tangga petani di pedesaan.
Perbandingan Harga Gabah di Dua Wilayah Aceh
Wilayah Harga di Tingkat Petani Harga di Tingkat Pengepul Harga ke Pabrik Selisih
- Aceh Timur (Madat) Harga tingkat Petani Rp 6.500 / kg
- Aceh Utara (Baktiya) Harga tingkat Petani Rp 6.300 / kg
Data tersebut menunjukkan bahwa Aceh Timur menikmati harga yang lebih stabil, sedangkan Aceh Utara masih tertinggal, dengan petani menjual di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Petani Aceh Timur Merasa Terbantu
Petani di Kecamatan Madat, Aceh Timur, menyebutkan bahwa harga Rp 6.500 per kilogram membantu mereka menutupi biaya produksi dan kebutuhan keluarga.
“Harga sekarang lumayan bagus, bisa menutup biaya pupuk dan tenaga kerja,” kata Sulaiman (35), salah satu petani setempat.
Ia berharap harga tersebut dapat bertahan hingga musim panen berikutnya agar petani tidak kembali tertekan oleh fluktuasi harga. Menurutnya, saat harga turun di bawah Rp 6.000 per kilogram, petani seringkali harus menjual dengan kerugian.
Para petani juga meminta pemerintah memberikan fasilitas penyimpanan gabah dan akses pasar yang lebih luas agar mereka tidak bergantung sepenuhnya pada pengepul.
Petani Aceh Utara Keluhkan Harga Rendah
Berbeda dengan kondisi di Madat, petani di Kecamatan Baktiya, Aceh Utara, justru mengeluhkan rendahnya harga di tingkat pengepul yang hanya Rp 6.300 per kilogram.
“Harga di sini jauh di bawah HET. Kami terpaksa jual karena tidak punya tempat simpan lama,” kata Razali, petani di Baktiya.
Para pengepul di wilayah tersebut menjelaskan bahwa harga jual ke pabrik-pabrik penggilingan besar hanya Rp 6.500 per kilogram, dengan margin Rp 200 digunakan untuk biaya transportasi dan tenaga kerja.
“Selisih itu untuk biaya angkut dari sawah ke pabrik. Kami juga ikut tipis marginnya,” ujar salah satu pengepul lokal.
Namun, bagi petani, kondisi ini tetap dirasakan tidak adil. Mereka menilai biaya produksi terus naik, sementara harga jual gabah belum menunjukkan peningkatan yang seimbang.
Harapan dan Tuntutan Petani
Petani di kedua kabupaten sama-sama menekankan pentingnya pengawasan harga dan intervensi pasar dari pemerintah. Mereka berharap adanya subsidi pupuk, bantuan gudang penyimpanan, serta pembelian langsung dari Bulog agar harga di tingkat petani tetap kompetitif.
Selain itu, mereka juga meminta adanya transparansi informasi harga di tiap kecamatan sehingga petani dapat mengetahui harga pasar aktual dan tidak mudah dirugikan oleh tengkulak atau pengepul besar.
Dengan kesenjangan harga yang masih terjadi antarwilayah, petani berharap pemerintah dapat memastikan mekanisme perdagangan gabah berjalan lebih adil dan efisien, sehingga seluruh petani Aceh, baik di Timur maupun Utara, dapat menikmati hasil panen dengan nilai yang layak.(*)
