Usai Ikut Upacara, Siswa Kelas IV MIN Aceh Timur Meninggal Dunia Tersengat Listrik
Font Terkecil
Font Terbesar
![]() |
Ilustrasi |
ACEH TIMUR | PASESATU.COM – Kemeriahan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia di Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur, Minggu (17/8/2024), mendadak berubah menjadi duka mendalam. Seorang bocah laki-laki berinisial LD (10), siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Pante Bidari, meninggal dunia akibat tersengat listrik di rumah pamannya sendiri.
Peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 10.30 WIB di Desa Meunasah Tunoeng. Usai mengikuti upacara bendera di Lapangan Sepak Bola Pante Bidari, LD bersama beberapa temannya memilih pulang, alih-alih mengikuti berbagai lomba 17-an yang digelar Muspika setempat.
Sesampainya di rumah pamannya, Aiyub (41), LD naik ke lantai dua bangunan yang masih dalam proses pembangunan. Berdasarkan kesaksian warga, posisi lantai dua tersebut berdiri terlalu dekat dengan jaringan kabel listrik PLN. Tanpa menyadari bahaya, tangan kanan LD menyentuh kabel bertegangan tinggi. Seketika tubuh mungilnya tersentak kuat, membuatnya kaku tak berdaya.
Situasi mencekam itu terekam dalam sebuah video amatir berdurasi singkat yang beredar luas di grup WhatsApp. Dalam rekaman tersebut, LD terlihat terhentak dengan tangan kanan menempel erat pada kabel. Tubuhnya bertumpu pada susunan bata kasar di lantai dua, sementara asap tipis mengepul dari lengan kanannya.
Jeritan panik warga terdengar jelas dalam video. Namun, tak seorang pun berani mendekat karena khawatir ikut tersambar listrik. “Kami tak bisa naik, arusnya besar sekali. Kalau disentuh bisa nyambar orang lain,” ujar seorang warga yang terekam suaranya.
Beberapa saat kemudian, seorang pria mencoba menyelamatkan korban dengan melemparkan sebatang kayu dari bawah. Kayu itu mengenai tangan LD hingga genggamannya terlepas. Namun, kondisinya sudah mengenaskan. Bagian lengan kanan bocah itu hangus terbakar, dan saat tubuhnya jatuh, ia telah tak bernyawa.
Petugas medis bersama Tim Inafis Polres Aceh Timur segera tiba di lokasi untuk mengevakuasi jenazah ke Puskesmas Pante Bidari. Kabar kematian LD cepat menyebar, membuat suasana perayaan lomba 17-an mendadak hening. Warga yang semula larut dalam kegembiraan Hari Kemerdekaan seketika diliputi kesedihan mendalam.
Tragedi ini menjadi peringatan keras akan pentingnya kesadaran dan edukasi mengenai bahaya listrik. Anak-anak kerap tak memahami risiko yang mengintai di sekitar mereka, sementara pengawasan orang tua dan penataan lingkungan menjadi faktor kunci pencegahan.
Hari itu, Desa Meunasah Tunoeng bukan hanya memperingati kemerdekaan bangsa, melainkan juga mengantar kepergian seorang bocah yang semestinya masih bisa menikmati masa kecilnya. LD pulang lebih cepat dari lapangan upacara—namun justru berpulang untuk selamanya.
Suasana duka kini menyelimuti keluarga, teman sekolah, dan warga desa. Di tengah gegap gempita perayaan kemerdekaan, tragedi ini menjadi pengingat bahwa keselamatan, terutama bagi anak-anak, adalah hal yang tidak boleh diabaikan.(*)