BERITA TERKINI

Harga Kebutuhan Pokok di Aceh Utara Masih Tinggi, Warga Keluhkan Belum ‘Merdeka’ Secara Ekonomi


ACEH UTARA |
 PASESATU.COM - Memasuki bulan Agustus 2025, menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, harga kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional di Aceh Utara masih belum stabil. Kondisi ini dikeluhkan oleh masyarakat, terutama kalangan ibu rumah tangga dengan penghasilan keluarga menengah ke bawah.

Khatijah, seorang ibu rumah tangga yang berdomisili di sekitar Kota Panton Labu, mengaku sulit memenuhi kebutuhan harian dengan anggaran terbatas. Uang belanja sebesar Rp50.000 yang biasa dibawanya setiap hari kini hanya mampu membeli beberapa jenis bahan pangan.

“Negara memang sudah merdeka dari penjajahan sejak 80 tahun lalu, tapi rakyat belum merdeka dari harga kebutuhan pokok yang tinggi. Harapan kami, pemerintah turun tangan mengendalikan harga di pasar agar stabil dan tidak memberatkan,” ujarnya kepada media ini, Sabtu (16/8/2025).

Khatijah menambahkan, momen peringatan kemerdekaan seharusnya diisi dengan rasa syukur atas perjuangan para pahlawan, namun kenyataan di lapangan membuat sebagian masyarakat justru dihadapkan pada tekanan ekonomi. 

“Bangga jadi anak bangsa itu pasti, tapi dompet sedang kritis. Pemerintah perlu memastikan harga-harga tetap terjangkau,” tuturnya.

Berdasarkan pantauan di lapangan, beberapa komoditas seperti beras, cabai, dan minyak goreng mengalami kenaikan harga dalam sepekan terakhir. Kondisi ini diduga dipicu oleh gangguan pasokan dari daerah penghasil serta peningkatan permintaan menjelang HUT RI.

Pemerintah Kabupaten Aceh Utara melalui Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi, dan UKM menggelar operasi pasar murah di Kecamatan Cot Girek, Rabu (13/8/2025). Kegiatan ini bertujuan menjaga stabilitas harga dan memastikan ketersediaan kebutuhan pokok bagi masyarakat.

Bagi sebagian warga, merdeka tidak hanya berarti terbebas dari penjajah, tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan hidup secara layak tanpa terbebani harga pangan yang terus melambung.(*) 


Editor : Syahrul Usman